HaHaHaHaHa

SELAMAT DATANG DI
" GUDANG ILMU GIGI "
ENJOY n FUN
NIKMATI ILMU YANG KAMI SAJIKAN

Rabu, 28 Juli 2010

Pembentukan Gambaran Radiografi dan Processing



BAB I 
PENDAHULUAN


1.1.   Latar Belakang
     Radiologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang menggunakan energi ion / non ion dapat di gunakan sebagai sarana diagnosis (normal/sakit) dan terapi (radiasi dan fisioterapi).  Radiologi menggunakan sinar roentgen / sinar X untuk menghasilkan suatu gambaran radiografi. Gambaran yang dihasilkan foto Roentgen seorang pasien bagi seorang dokter gigi sangat penting terutama untuk melihat adanya kelainan– kelainan yang tidak tampak dapat diketahui secara jelas, sehingga akan sangat membantu seorang dokter gigi dalam hal menentukan diagnosa serta rencana perawatan.1


1.2.   Batasan Topik
Makalah ini membahas mengenai
-          Jenis-jenis pemeriksaan dengan  sinar-x
-          Perlengkapan yang diperlukan untuk membuat radiogram
-          Prosesing pembentukan radiogram





BAB II
PEMBAHASAN


2.1.   Proses Pembentukan Gambaran Radiografi dan prosesing
2.1.1.   Jenis pemeriksaan dengan sinar X
1.      Pemeriksaaan sinar tembus
Pemeriksaaan sinar tembus adalah pemeriksaan radiologik dimana ahli radiologi secara langsung dapat melihat dan mempelajari alat-alat tubuh yang bergerak. Sinar X melalui tubuh penderita dan mengenai kristal-kristal pendar, flour (fluorescent), pada layar (screen) sehingga bagian-bagian tersebut dapat terlihat. Karena sinar X yang diterima oleh pemeriksa dan penderita cukup tinggi, maka pemeriksaan sinar tembus untuk paru-paru tidak diperbolehkan lagi, sebagai gantinya digunakan image intensifier  dengan kamera tv tanpa menggelapkan ruangan pemeriksa.2
2.      Pemeriksaan foto roentgen (radiografi)
Radiografi adalah pembuatan film rekaman (radiograf) jaringan-jaringan tubuh bagian dalam dengan melewatkan sinar-X atau sinar gamma ke tubuh agar mencetak gambar pada film khusus yang sensitif.3

Untuk pembuatan foto rontgen (radiografi) diperlukan :
1.      Perlengkapan pembuatan radiografi
a.       Film Roentgen (film X-Ray)
Film rontgen terbagi menjadi tiga, screen film yang pengunaannya selalu dalam intensifying screen, nonscreen film yang penggunaannya tanpa intensifying screen dan dari sensivitas, ada yang blue sensitive dan green sensitive.2

b.      Intensifying screen
Intensifying screen adalah alat yang terbuat dari kardus khusus yang mengandung lapisan tipis emulsi fosfor dengan bahan pengikat yang sesuai. Yang banyak digunakan adalah kalsium tungstat. 2

c.       Kaset
Kaset adalah suatu tabung (container) tahan cahaya yang berisi 2 buah intensifying screen yang memungkinkan untuk dimasukkan film rontgen di antara keduanya dengan mudah. Kaset dapat diperinci sebagai berikut :
-          Bakelit : bakelit ini tahan cahaya tetapi secara relative radiolusen dan terbuat dari aluminium
-          Intensifying screen atas dengan lapisan fosfor yang lebih tipis.
-          Tempat meletakkan film rontgen
-          Intensifying screen bawah
-          Lapisan timah yang akan menyerap sinar X  yang menembus lapisan screen paling luar
-          Per dari baja yang membuat film dan screen berhubungan dengan rapat2

Kaset harus dijaga agar tidak lekas rusak, caranya
-          Hindari kaset jatuh atau mengalami pukulan
-          Hindari kaset dari bahan kimia, terutama jangan sampai mengenai screen
-          Harus tetap kering
-          Jangan ditumpuk-tumpuk
-          Tidak boleh dibiarkan terbuka
-          Periksa secara rutin kalau ada bagian yang rusak
-          Jaga agar screen dan film berhubungan rapat2

d.      Grid (kisi-kisi)
Grid adalah alat untuk mengurangi atau mengeliminasi radiasi hambur agar tidak sampai ke film rontgen. Gris terdiri atas lajur-lajur tipis timbale yang disusun tegak di antara bahan-bahan yang tembus radiasi. 2

Cara kerja
Sebagai sinar X akan tersebar ke segala arah pada waktu mengenai suatu benda. Sinar tersebar ini dinamakan sinar hambu. Walaupun sinar hambur mempunyai panjang gelombang yang lebih tetapi efek fotografiknya tetap ada sehingga dapat menimbulkan gangguan pada film rontgen. Sinar hambur ini ditiadakan dengan grid / kisi-kisi. 2

e.       Alat-alat fiksasi
Guna alat-alat fiksasi ini adalah agar objek yang difoto tidak bergerak2

f.       Alat-alat pelindung (proteksi)
-          Diafragma cahaya
-          Konus
-          Pelindung gonad
-          Pelindung ovarium
-          Apron timbal
-          Sarung tangan timbal
-          Pencegah-pelindung
-          Kaca timbal
-          Karet timbal2

g.      Marker (tanda atau kode)
Tanda atau kode ini digunaka untuk mengidentifikasi pasien dan tanda letak anatomi. 2

2.   Jenis pemeriksaan dan posisi pemotretan
1)            Pemeriksaan Roentgen Dasar
Pemeriksaan roentgen tanpa kontras seperti pemotretan toraks, tulang-tulang kepala, tulang-tulang dada, tulang-tulang belakang, tulang panggul, tulang-tulang tangan dan kaki. Pemeriksaan rontgen dengan bahan kontras seperti pemeriksaan: esofagus, lambung–duodenum, jejenum–ileum, kolon, sistem traktus urinarius, dan sistem straktur biliaris. 2
2)            Pemeriksaan Roentgen Khusus
Pemeriksaan roentgen khusus, termasuk termasuk pemeriksaan anteriografi, pemeriksaan flebografi, pemeriksaan angio kardiografi, pemeriksaan embolisasi, pemeriksaan ventrikulografi, dan lain-lain. Pada pemeriksaan roentgen khusus ini diperlukan alat roentgen yang khusus. 2

Posisi pemotretan
Posisi pemotretan merupakan ilmu tersendiri yang diberikan pada ahli radiologi dan penata roentgen yang khusus membicarakan pengaturan posisi pasien sewaktu dipotret agar diperoleh gambaran organ yang dikehendaki secara optimal. 2

3.                 Pengetahuan pesawat roentgen
      Pengetahuan pesawat roentgen sangat diperlukan untuk menghasilkan gambaran roentgen yang baik. Hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1)        Faktor eksposisi
              Faktor eksposisi sangat bervariasi tergantung pada berbagai hal, antara lain:
1.      Ukuran/tebal objek atau pasien yang difoto.
2.           Kelainan patologis yang akan diperiksa, pemotretan dengan atau tanpa grid.
3.           Pada objek yang selalu bergerak, organ yang pergerkannya tidak dapat dikontrol, anak kecil, dan lain-lain; untuk hal ini perlu diperhatikan waktu eksposi yang sesingkat mungkin. Faktor eksposi terdiri atas: besaran kilovoltage (KV) dan miliampere seconde (MAS). 2
2)        Jarak pemotretan
      Jarak-jarak pemotretan terdiri atas:
1.    Jarak fokus ke film ( focus-film distence = FFD )
2.    Jarak objek ke film ( object film distance = OFD )
3.    Jarak focus ke objek ( focus object distance = FOD ) 2

Beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
-Apabila salah satu jarak pemotretan ini diubah, maka gambaran akna berubah, begitu juga kondisinya (KV dan MAS) harus berubah
-Bila FFD diperbesar, OFD tetap, maka gambar akan mendekati besar aslinya
-Bila OFD diperjauh, FOD tetap, gambar mengalami pembesaran
-Apabila FOD=OFD, terdapat pembesaran gambar sebanyak 2X2

4.                 Pengetahuan kamar gelap
              Kamar gelap harus memenuhi syarat-syarat tertentu, antara lain:
1)        Ukuran harus memadai dan proporsional dengan kapasitas dan beban kerja.
2)        Terlindung dari radiasi, sinar matahari, dan bahan- bahan kimia lain selain larutan untuk pengolahan foto.
3)        Sirkulasi dan suhu udara yang baik sekitar 16-20˚C.
4)        Air yang bersih.
5)        Dinding dan lantai yang tahan keropos.
6)        Kelengkapan alat-alat kamar gelap yang memadai.
7)        Lampu kamar gelap (safe light) yang aman dan tidak bocor. 2

Kamar gelap terdiri atas :
-          Daerah basah meliputi bak yang terisi air yang mengalir, tanki pembangkit (developer) dan tanki penetap (fixer)
-          Daerah kering yang meliputi lemari untuk menyimpan film sinar X, kaset-kaset, penggantung film (hanger) dan lain-lain. 2

2.1.2.   Prosesing
A.    Prosedur manual
      Dilaksanakan dalam ruangan gelap, dan yang dibutuhkan dalam proses ini meliputi:4
a.             Keketatan cahaya yang absolute
b.            Ruang kerja yang memadai
c.             Ventilasi yang memadai
d.            Fasilitas pencucian yang memadai
e.             Tempat penyimpanan film yang memadai
f.             Safelights-diposisikan 1.2 meter dari permukaan kerja yaitu bohlam  25 watt dan filter yang cocok untuk tipe film yang digunakan

g.            Peralatan processing:
1)      Tank yang berisi larutan-larutan yang bervariasi
2)      Termometer
3)      Pemanas pencelupan
4)      Timer yag akurat
5)      Penggantung film4
   Siklus Manual Processing
a.             Paket film yang terpapar dibuka dan dijepit pada penggantung.
b.            film dicelup pada cdeveloper dan dikebut beberapa kali dalam larutan untuk menyingkirkan gelembung udara dan dibiarkan selama kira-kira 5 menit pada suhu 20 derajat celcius.
c.             Sisa-sisa developer dibilas dengan air selama lebih kurang 10 detik.
d.            Film dicelup pada fixer +- 8-10 menit.
e.             Film dibilas dengan air yang mengalir selama 10-20 menit untuk menghilangkan sisa-sisa fixer.
f.             Film dibiarkan kering pada lingkungan yang bebas debu. 4

B.     Prosedur automatis
Proses ini dijalankan oleh mesin. Ada beberapa mesin atau processor yang didesain untuk menjalankan siklus processing dengan sistem rollers, tidak membutuhkan ruang gelap, tapi harus dikontrol dari infeksi, harus diberikan larutan seperti hypochlorine  1% sebelum dijalankan. 4
     
      Siklus Automatic Processing:  
Siklusnya sama dengan proses manual hanya terdapat perbedaan pada pemerasan dari kelebihan larutan developing sebelum memasuki fixer, mengurangi kebutuhan pencucian dengan air antara dua larutan ini.
      Kelebihan:
a.             Hemat waktu-film kering diproduksi dalam 5 menit.
b.            Ruang gelap sering tidak dibutuhkan.
c.             Pengontrolan, proses standarisasi mudah dipertahankan.
d.            Zat kimia dapat diisi secara otomatis oleh beberapa mesin.
Kekurangan:
a.             Sangat diperlukan pengawasan ketat dan pembersihan teratur; roller yang kotor dapat menghasilkan mark (bercak) pada film.
b.            Beberapa model harus benar-benar persis.
c.             Peralatannya mahal.
d.            Mesin kecil tidak dapat memproses film ekstraoral yang besar (lebar). 4

C.    Self developing films
Self developing films adalah alternatif lain selain manual processing. Film x-ray dalam bentuk sachet spesial yang mengandung developer dan fixer. Setelah pemaparan, label developer ditarik, larutan developer diperah pada film, dan dipijat disekitarnya. Setelah sekitar 15 detik, label (tab) fixer ditarik dan diperah dan film dibilas hingga bersih dengan air mengalir selama 10 menit.
      Kelebihan:
a.       Tidak membutuhkan ruang gelap atau fasiilitas processing.
b.      Hemat waktu-radiograf siap dalam 1 menit.
Kekurangan:
a.     Kualitas gambar buruk.
b.   Gambar memburuk seiring waktu.
c.    Tidak ada kertas timah dalam paket film.
d.   Film sangat flexibel dan mudah bengkok.
e.    Film ini sulit digunakan pada positioning holder.
f.    Mahal4

2.1.3.   Tahap prosesing
l  Developing
Developer dapat berupa bubuk atau cairan. Di bagian bawah tangki pembangkit tiletakkan bubuk pembangkit lalu ditaruh cairannya kemudian diaduk. Fil dicelupkan selama 4 menit. Kristal halida perak pada emulsi diubah jadi hitam metal keperakan untuk menghasilkan bagian hitam atau abu-abu pada gambar. 4

Jenis-jenis larutan developer dan fungsinya1
Constituent
Function
Phenidone
Membantu memunculkan gambar
Hydroquinone
Membentuk kontras
Sodium sulphite
Pengawet-mengurangi oksidasi
Potassiumcarbonate
Aktivator-memerintahkan aktivitas dari agen
 developing
Benzotriazole
Mempertahankan-mencegah kabut (fog)
dan mengontrol aktivitas developing agent
Glutaraldehye
Mengeraskan emulsi
Fungicide
Memcegah pertumbuhan bakteri
Buffer
Mempertahankan pH (7+)
Air
Pelarut

l  Rinsing
Film dicuci dengan air untuk membersihkan sisa larutan developer4
l  Fixing
Cairan penetap ini berbentuk garam. Setelah dibilas selama 10 menit kemudian dimasukkan ke dalam tangki penetap selama 10 menit.
Fixation Kristal halida perak yg tidak sensitif pada emulsi disingkirkan tuk menampakkan bagian putih atau transparan pada gambar dan emulsi dikeraskan4

Cairan fixer dan fungsinya1
Connstituent
Function
Ammonium triosulphate
Menghilangkan kristal tak sensitif halida perak
Sodium sulphite
Pengawet-mencegah menurunnya agen fixing
Aluminium chloride
Pengeras
Acetic acid
Acidifier-mempertahankan pH
Air
Pelarut

l  Washing
Film dicuci dengan air mengalir tuk menghilangkan sisa2 larutan fixer. 4
l  Drying
Hasil reaksi hitam/putih/abu-abu pada radiograf dikeringkan. 4

2.1.4.   Proses terjadinya gambaran radiografi
1.      Gambaran laten (pada film rontgent)
a.       Apabila objek yang kerapatannya tinggi, bila ditembus sinar X maka intensifying screen memendarkan fluoresensi sedikit sekali bahkan hampir tidak ada. Akibatnya perak halogen hampir tidak mengalami perubahan.
b.      Apabila objek yang kerapatannya rendah, fluoresensi tinggi, maka terjadi perubahan pada perak halogen,2

2.      Gambaran tampak
Gambaran tampak terjadi setelah film sinar X dibangkitkan pada larutan pembangkit.
Gambaran laten setelah masuk pembangkit (cairan developer) akan menghasilkan gambaran radioopak.
Gambaran laten (1b) bila diproses pada cairan pembangkit akan menimbulkan gambaran radiolusen.2

            Setelah sinar-x  yang keluar dari tabung mengenai dan menembus obyek yang akan difoto. Bagian yang mudah ditembusi sinar x (seperti otot, lemak, dan jaringan lunak) meneruskan banyak sinar x sehingga film menjadi hitam. Sedangkan bagian yang sulit ditembus sinar x (seperti tulang) dapat menahan seluruh atau sebagian besar sinar x akibatnya tidak ada atau sedikit sinar x yang keluar sehingga pada film berwarna putih. Bagian yang sulit ditembus sinar x mengalami ateonasi yaitu berkurangnya energi yang menembus sinar x, yang tergantung pada nomor atom, jenis obyek, dan ketebalan. Adapun bagian tubuh yang mudah ditembus sinar x disebut Radiolusen yang menyebabkan warna hitam pada film. Sedangkan bagian yang sulit ditembus sinar x disebut Radioopaque sehingga film berwarna putih. Telah diketahui bahwa panjang gelombang yang besar yang dihasilkan oleh kV rendah akan mengakibatkan sinar-x nya mudah diserap. Semakin pendek panjang gelombang sinar-x (yang dihasilkan oleh kV yang lebih tinggi) akan membuat sinar-x mudah untuk menembus bahan.5

2.1.4.      Faktor-faktor yang mempengaruhi gambaran
1.         Pengaruh Miliampere (mA)
      Peningkatan mA akan menambah intensitas sinar-X dan penurunan mA akan mengurangi intensitas. Sehingga semua intensitas sinar X atau derajat terang akan bertambah sesuai dengan peningkatan intensitas radiasi sinar-X di titik fokus.5

2.         Pengaruh jarak
Sekali lagi, intensitas sinar X dari suatu pola bias diatur menjadi sama dengan cara mengubah semua hal, bukan dalam hal-hal yang menyangkut kelistrikan, tetapi dengan menggerakkan tabung mendekati atau menjauhi objek. Dengan kata lain, jarak tabung ke objek mempengaruhi intensitas gambar. Hal ini dapat dibuktikan dengan demonstrasi sederhana. Tanpa penerangan lain dalam ruangan, pindahkan lampu yang menyala mendekati kertas cetak, akan terlihat bahwa semakin cahaya mendekati buku, makin terang halaman tersebut. Hal yang sama juga berlaku pada sinar X, pada saat objek ke sumber radiasi dikurangi, intensitas sinar X pada objek meningkat, pada saat jaraknya ditambah intensitas radiasi pada ubjek berkurang. Semua ini merupakan kesimpulan dari faktor bahwa sinar X dan cahaya merambat dalam pancaran garis lurus yang melebar.5

3.         Pengaruh kilovolt
Perubahan kV menyebabkan beberapa pengaruh. Pertama, perubahan kV menghasilkan perubahan pada daya tembus sinar X dan juga total intensitas berkas sinar X akan berubah. Hal ini terjadi tanpa perubahan pada arus tabung.5

BAB III
PENUTUP
3.1.            Kesimpulan
-          Radiologi adalah cabang ilmu kesehatan yang berkaitan dengan zat-zat radioaktif dan energi pancaran serta dengan diagnosis dan pengobatan penyakit dengan memakai radiasi pengion (seperti sinar X, sinar γ) maupun bukan pengion (seperti ultrasound, infrared)
-          Tahapan pembuatan gambaran radiogram meliputi developing, rinsing, fixing, washing dan drying.
-          Gambaran radiografi yang dihasilkan dapat berupa gambaran radioopaque dan gambaran radiolusen. Gambaran radioopaque terjadi pada gambar jaringan keras, sedang gambaran radiolusen terjadi pada jaringan lunak.

DAFTAR PUSTAKA

1.             Langland, O.E and R. P. Langlais. Principles of Dental Imaging. Philadelphia.
2.             Rasad, Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik. Jakarta. EGC. 2002
3.             Dorland, W. A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta. EGC. 2002
4.             Whaites E. Essentialials of Dental Radiography and Radiologi. London:Churchill Livingstone. 2003



Tidak ada komentar:

Posting Komentar