HaHaHaHaHa

SELAMAT DATANG DI
" GUDANG ILMU GIGI "
ENJOY n FUN
NIKMATI ILMU YANG KAMI SAJIKAN

Sabtu, 14 April 2012

Anemia Disebabkan Teh


Coba perhatikan ketika kita makan di warteg , restoran atau warung padang , apa yang kebanyakan diminta sebagai pelepas dahaga ??  Air putih , Es Jeruk , Es Teh atau minuman kaleng ???? Pasti anda sudah tau jawabannya , Es Teh adalah juaranya ... Seperti salah satu tagline produsen teh kemasan yang sudah sangat terkenal di Indonesia , " Apapun Makannya Minumnya Pasti ........ " . Tagline yang sangat pas dalam mencitrakan produk teh tersebut .  

Nah apa hubungannya anemia dengan es teh ????? Emang ada hubungannya hehehhehe . Menurut penelitian dari salah satu perguruan tinggi negeri di Semarang yaitu Universitas Diponegoro , Fakultas Kesehatan Ibu dan Anak menemukan bahwa minum teh setelah makan dapat menyebabkan anemia atau anemia defisiensi zat besi.
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah, artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena terganggunya pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar zat besi dalam darah. Jika simpanan zat besi dalam tubuh seseorang sudah sangat rendah berarti orang tersebut mendekati anemia walaupun belum ditemukan gejala-gejala fisiologis. Simpanan zat besi yang sangat rendah lambat laun tidak akan cukup untuk membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang sehingga kadar hemoglobin terus menurun di bawah batas normal, keadaan inilah yang disebut anemia gizi besi
Minum teh paling tidak sejam sebelum atau setelah makan akan mengurangi daya serap sel darah terhadap zat besi sebesar 64 %. Pengurangan daya serap akibat teh ini lebih tinggi daripada akibat sama yang ditimbulkan oleh minum segelas kopi setelah makan. Kopi mengurangi daya serap hanya 39 %. Pengurangan daya serap zat besi itu diakibatkan oleh zat tanin dalam teh. Selain mengandung tanin, teh juga mengandung kafein, polifenol, albumin, dan vitamin. Tanin bisa mempengaruhi penyerapan zat besi dari makanan terutama yang masuk kategori heme non-iron, misalnya padi-padian, sayur-mayur, dan kacang-kacangan. “Bila kita makan menu standar plus segelas teh, zat besi yang diserap hanya setengah dari yang semestinya”

Menurut Dr. Rachmad Soegih, ahli gizi dari RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, zat tanin itu sendiri memang menghambat produksi hemoglobin. Kalau memang mau menghindari teh dan mendapatkan banyak zat besi, sebaiknya teh digantikan air jeruk sebagai peneman makan.

Anemia defisiensi zat besi mengganggu proliferasi dan pertumbuhan sel. Yang utama adalah sel dari sum-sum tulang, setelah itu sel dari saluran makan. Akibatnya banyak tanda dan gejala anemia defisiensi besi terlokalisasi pada sistem organ ini:
o Glositis ; lidah merah, bengkak, licin, bersinar dan lunak, muncul secara sporadis.
o Stomatitis angular ; erosi, kerapuhan dan bengkak di susut mulut.
o Atrofi lambung dengan aklorhidria ; jarang
o Selaput pascakrikoid (Sindrom Plummer-Vinson) ; pada defisiensi zat besi jangka panjang.
o Koilonikia (kuku berbentuk sendok) ; karena pertumbuhan lambat dari lapisan kuku.
o Menoragia ; gejala yang biasa pada perempuan dengan defisiensi besi.

Ada kiat minum teh yang tepat, agar minuman ini tidak menghambat produksi zat besi dalam sel darah:

* Teh akan berefek baik bagi tubuh bila dikonsumsi pada pagi dan sore, disertai karbohidrat dan protein, misalnya roti dan biskuit.
* Kiat lain, memberikan jeda minum teh setelah makan, misalnya dua jam setelah makan.

Jeda itu diperlukan karena rentang waktu itu diperkirakan cukup bagi usus 12 jari dan usus halus bagian atas untuk melakukan proses penyerapan makanan.

Jadi, boleh-boleh saja menyeruput teh kapan pun, asal tidak setelah makan. So, tunggu apalagi, buat secangkir teh hangat sekarang dan nikmatin deh.  Apalagi nyeruput es teh sambil nongkrong dengan teman-teman , pasti asyik banget . 


sumber: sini

Seminar Dream (Dental Research Exhibition And Meeting)



Tgl 10 Mei mini seminar di RSGMP AMC (pembicara Indonesia & Singapore) | 3 SKP
Tgl 11-12 Mei seminar dan table clinic di Ambarukmo Hotel (pembicara: kak Seto & dosen prodi UMY, Hongkong, Jepang dan Thailand) | 6 SKP
Kami tunggu kehadiran teman2 semua sejawat dokter gigi.
terimakasih...

Selasa, 03 April 2012

Komplikasi Penyembuhan Pasca Peradangan

Komplikasi Penyembuhan
Bahkan jika penyembuhan terjadi sesuai pada tingkat selular, kadang-kadang dapat terjadi komplikasi sebagai akibatnya. Sifat jaringan parut adalah memendek dan menjadi lebih padat serta kompak setelah beberapa lama.
1.      Kontraktur
Kontraktur yang dapat membuat daerah menjadi cacat, pembatasan gerak pada persendian.
2.      Striktur
Jika jarigan parut melingkari struktur berbentuk tubulus (misal, eretra), akibatnya dapat berupa striktur, yang menyempitkan struktur itu sendiri dan dapat menimbulkan kesulitan-kesulitan yang berat.
3.      Adhesi
Jika permukaan serosa meradang dan eksudat tidak mengalami resolusi, maka jaringan granulasi dan jaringan parut akhirnya dapat merekatkan permukaan serosa, membentuk adhesi. Pada banyak daerah, seperti pleura dan perikardium, adhesi umunya memiliki memiliki pengaruh kecil pada fungsi organ. Akan tetapi, adhesi di dalam rongga peritoneum, apakah antara lengkung usus atau antar visera abdomen dan dinding tubuh, dapat menghasilkan selaput/jaringan yang dapat mempersempit bagian saluran pencernaan atau akhirnya dapat memerangkap organ-organ tersebut membentuk hernia interna yang dapat mengalami strangulasi dan menjadi gangren.
4.      Hernia insisional
Komplikasi lain yang kadang-kadang terdapat pada proses penyembuhan luka pada dinding tubuh adalah hernia insisional. Pada keadaan ini, jaringan granulasi dan parut  yang menjembatani defek pembedahan pada dinding tubuh secara bertahap menimbulkan tekanan intraperitoneum dan membentuk kantong yang menonjol di dalam insisi.
5.      Proud flesh
Komplikasi lokal ringan lain pada penyembuhan adalah penonjolan sebagian kecil jaringan granulasi di atas permukaan luka yang sedang sembuh, membentuk apa yang kadang-kadang disebut “proud flesh”. Penyembuhan umumnya berjalan baik jika pertumbuhan berlebihan yang banormal semacam itu dikauter atau dipotong.
6.      Amputasi atau neuroma traumatik
Merupakan proliferasi regeneratif serabut-serabut saraf ke dalam daerah penyembuhan tempat serabut-serabut saraf ke terjerat di dalam jaringan parut yang padat. Neuroma semacam itu dapat merupakan sebuah gumpalan yang tidak enak untuk dilihat atau bahkan menimbulkan nyeri di dalam parut.
7.      Keloid
Beberapa individu, tampaknya berbasis genetik, menangani produksi dan/atau remodeling kolagen dalam luka yang sedang sembuh secara abnormal sehingga terbentuk kolagen yang berlebihan, mengakibatkan suatu penonjolan yang disebut keloid. Keloid sedikit lebih sering dijumpai pada Afro Amerika dan orang Asia serta pada pasien-pasien muda. Secara biologis keloid bukan merupakan hal yang serius tetapi secara kosmetik dapat dianggap sangat penting.

Hartanto, Huriawati, Price, Sylvia Anderson, Pendit, Brahm U. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit Volume 1 eds 6. Jakarta: EGC. 2005

Senin, 02 April 2012

Faktor-Faktor Yang Berperan Pada Proses Radang

Faktor-Faktor Yang Berperan Pada Proses Radang
Pada beberapa keadaan, proses peradangan sejak awal dapat terganggu, yaitu pada stasium eksudatif. Seluruh proses radang bergantung pada sirkulasi yang utuh ke daerah yang terkena. Jadi, jika suplai darah ke suatu daerah berkurang, akibatnya dapat berupa proses peradangan yang sangat lambat, infeksi yang menetap, dan penyembuhan yang buruk. Syarat lain agar peradangan eksudatif efisien adalah suplai leukosit yang bebas di dalam sirkulasi darah. Pasien-pasien yang mengalami kerusakan atau depresi sumsum tulang (misal, akibat penyakit keganasan atauefek samping obat-obatan) tidak mampu memproduksi eksudat selular dengan fungsi normal dan sebagai akibatnya adalah rentan terhadap infeksi berat. Yang lebih jarang, fungsi leukosit dapat terganggu, walaupun jumlahnya normal (misal, kemotaksis abnormal, fagositosis normal, atau pembunuhan intraselular dan pencernaan abnormal), dan pasien dengan cara yang sama menjadi rentan terhadap infeksi agresif. Karena fungsi leukosit dibantu oleh antibodi tertentu, maka reaksi peradangan juga secara normal kurang efektif pada pasien-pasien imunodefisiensi. Akhirnya, obat-obatan tertentu dalam dosis yang cukup tinggi dapat menghambat aspek-aspek penting respons peradangan. Sebagai contoh, jika seorang pasien menerima kortikosteroid dosis tinggi atau obat0obatan antiinflamasi lain, peradangan dan penyembuhan dapat terganggu.

Minggu, 01 April 2012

Penyembuhan Luka

Penyembuhan Luka
Koordinasi pembentukan parut dan regenerasi mungkin paling mudah dilukiskan pada penyembuhan luka di kulit. Jenis penyembuhan yang peling sederhana terlihat pada penanganan luka oleh tubuh seperti pada insisi pembedahan, yang tepi lukanya dapat saling di dekatkan untuk dimulainya proses penyembuhan. Penyembuhan seperti itu disebut penyembuhan primer atau healing by first intention. Segera terjadi luka, tepi luka disatuka oleh tepian darah yang fibrinnya bekerja seperti lem. Segera setelah itu terjadilah reaksi peradangan akut pada tepi luka itu, dan sel-sel radang, khususnya makrofag, memasuki bekuan darah dan mulai menghancurkannya. Setelah reaksi peradangan eksudatif ini, dimulailah pertumbuhan jaringan granulasi ke arah dalam pada daerah yang sebelumnya ditempati oleh, bekuan-bekuan darah. Dengan demikian setelah beberapa hari, luka tersebut dijembatani oleh jaringan granulasi. Yang disiapkan untuk matang menjadi sebuah parut. Sementara proses ini terjadi, epitel permukaan di bagian tepi melakukan regenerasi, dan dalam waktu beberapa hari lapisan epitel yang tipis bermigrasi di atas permukaan luka. Seiring dengan jaringan perut di bawahnya menjadi matang, epitel ini juga menebal dan matang, sehingga menyerupai kulit di dekatnya. Hasilnya adalah terbentuknya kembali permukaan kulit dan dasar jaringan parut yang tidak nyata atau hanya terlihat sebagai satu garis yang menebal. Banyak luka di kulit yang sembuh dengan cara seperti ini tanpa perawatan medis. Pada luka lain, diperlukan jahitan untuk mendekatkan kedua tepi luka sampai terjadi penyembuhan. Jahitan dapat diangkat jika sudah terjadi organisasi dan regenerasi epitel hingga pada suatu saat tepi luka tidak akan membuka lagi jika benang di lepas. Jadi, di daerah kulit yang relatif terdapat sedikit tegangan, jahitan dapat diangkat dalam beberapa hari, jauh sebelum tercapai kekuatan parut dan sebelum tertimbunnanya kolagen dalam jumlah yang cukup. Di daerah yang teregang, jahitan harus dibiarkan di tempatnya lebih lama untuk menahan jaringan sampai dapat terbentuk jaringan parut yang kuat.
Pola kedua penyembuhan terjadi jika kulit yang mengalami luka sedemikian rupa sehingga tepinya tidak dapat saling didekatkan selama proses penyembuhan. Keadaan ini disebut healing by seccond intention atau kadang disebut penyembuhan dengan granulasi. Jenis penyembuhan ini secara kualitatif identik dengan yang diuraikan di atas. Perbedaannya yaitu hanya lebih banyak  jaringan granulasi yang terbentuk, dan biasanya terbentuk jaringan perut yang luas. Tentu saja, proses tersebut memerlukan waktu penyembuhan yang lebih lama daripada penyembuhan primer. pada luka besar yang terbuka semacam itu, sering dapat terlihat jaringan granulasi yang menutupi dasar luka seperti sebuah  karpet yang lembut, yang mudah berdarah jika disentuh. Pada keadaan lain, jaringan granulasi sebenarnya tumbuh di bawah keropeng dan regenerasi epitel tampaknya terjadi di bawah keropeng. Akhirnya pada keadaan ini, keropeng terlepas setelah penyembuhan lengkap.
Sebenarnya penyembuhan pada setiap jaringan tubuh terjadi dengan proses yang berjalan sesuai dengan yang digambarkan untuk kulit, dengan variasi-variasi lokal, bergantung pada kemampuan jaringan untuk beregenerasi dan sebagainya.


Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan
Proses penyembuhan, karena kebergantungannya pada proliferasi selular dan aktivitas sintetik, terutama sensitif terhadap defisiensi suplai darah lokal (dengan akibta gangguan pengiriman bahan baku), dan juga sensitid terhadap keadaan gizi pasien. Pada pasien yang sangat kekurangan gizi, penyembuhan luka tidak optimal. Penyembuhan luka juga diganggu oleh adanya benda asing atau jaringan nekrotik di dalam luka, adanya infeksi pada luka, dan imobilisasi serta pendekatan tepi luka yang tidak sempurna. Pada kasus yang nyata, dengan kegagalan pengobatan, luka bedah mungkin mengalami dehisensi, atau terbuka.

Sabtu, 31 Maret 2012

Peradangan atau Inflamasi

Peradangan
Peradangan adalah reaksi vaskular yang menimbulkan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut, dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial di daerah cedera atau nekrosis.
Sebutan suatu proses peradangan sebagai akut, subakut, atau kronis mencerminkan lamanya perbaikan. Peradangan akut, menurut definisi tidak memiliki segi-segi perbaikan; proses ini hanya terdiri atas fenomena peradangan eksudatif. Pada peradangan subakut, ada permulaan pertumbuhan ke arah dalam jaringan granulasi dan mungkin permulaan regenerasi. Pada peradangan kronis, bukti adanya perbaikan lanjut berdampingan dengan berlanjutnya eksudasi. Bukti perbaikan lanjut meliputi proliferasi regeneratif yang luas dan pembentukan parut yang luas disertai kolagen.
Rubor (kemerahan)
Rubor atau kemerahan biasanya merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan. Seiring dengan dimulainya reaksi peradangan, arteriol yang memasok daerah tersebut berdilatasi sehingga memungkinkan lebih banyak darah mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong, atau mungkin hanya sebagian merenggang, secara tepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini disebut dengna hiperemia atau kongesti, menyebabkan kemerahan lokal pada peradangan akut. Tubuh mengontrol produksi hiperemia pada awal reaksi peradangan, baik secara neurologis maupun kimiawi melalui pelepasan zat-zat seperti histamin.
Kalor (panas)
Kalor atau panas, terjadi bersamaan dengan kemerahan pada reaksi peradangan akut. Sebenarnya reaksi peradangan secara khas hanya merupakan reaksi peradangan yang terjadi pada permukaan tubuh, yang secara normal lebih dingin dari 370 C yang merupakan suhu inti tubuh. Daerah peradangan di kulit menjadi lebih hangat dari sekelilingnya karena lebih banyak darah (pada suhu 370 C) dialirkan dari dalam tubuh ke permukaan daerah yang terkena dibandingkan dengan ke daerah yang normal. Fenomena hangat lokal ini tidak terlihat di daerah-daerah meradang yang terletak jauh dari tubuh, karena jaringan-jaringan tersebut sudah memiliki suhu inti 370 C dan hipermi lokal tidak menimbulkan perbedaan.
Dolor (nyeri)
Dolor, atau nyeri, pada suatu reaksi peradangan tampaknya ditimbulkan dalam berbagai cara. Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal, ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Hal yang sama, pelepasan zat-zat kimia tertentu seperti histamin atau zat-zat kimia bioaktif lain dapat merangsang saraf. Selain itu pembengkakan jaringan yang meradang menyebabkan peningkatan tekanan lokal yang tidak diragukan lagi dapat menimbulkan nyeri.
Tumor (pembengkakan)
Aspek yang paking mencolok pada peradangan akut mungkin adalah tumor, atau pembengkakan lokal yang dihasilkan oleh cairan dan sel-sel yang berpindah dari aliran darah ke jaringan intertisial. Campuran cairan dan sel-sel ini yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat. Pada awal perjalanan reaksi peradangan, sebagian besar eksudat adalah cairan, seperti yang terlihat secara cepat di dalam lepuhan setelah luka bakar ringan pada kulit. Kemudian, sel-sel darah putih atau leukosit, meninggalkan aliran darah dan tertimbun sebagai bagian eksudat.

Jumat, 30 Maret 2012

Orthodonti

Orthodonti
1.      Tujuan perawatan orthondonti
a.       Efisiensi fungsional
Banyak maloklusi yang dapat mempengaruhi fungsi normal system stomatognatik. Perawatan ortodontik seharusnya bertujuan untuk memperbaiki fungsi aparatus orofasial. Perawatan prosthodontil bertujuan untuk mengembalikan fungsi pengunyahan akibat tanggalnya gigi.
b.      Keseimbangan struktural
Regio orofasial terisi oleh sistem dento-alveolar, jaringan skeletal dan jaringan lunak termasuk muskulatur. Perawatan ortodontik yang baik akan memelihara keseimbangan dari ketiga sistem tersebut begitu juga dengan perawatan prosthodontik.
c.       Estetis
Alasan paling banyak dilakukan perawatan ortodontik dan prosthodontik adalah masalah estetis untuk memperbaiki penampilan.
Ref: Bhalhaji. S. I. Orthodontic: Art & Scince.3rd Ed. 2006.
2.      Indikasi dan Kontra Indikasi
a.       Indikasi
1.Jika dirasakan perlu bagi subjek untuk mendapat posisi postural adaptasi mandibula
2.Jika ada gerak menutup translokasi mandibula dari posisi istirahat atau dari postural adaptasi ke posisi interkuspal
3.Jika posisi gigi sedemikian rupa sehingga terbentuk mekanisme refleks yang merugikan selama fungsi oklusal dari mandibula
4.Jika gigi-gigi menyebabkan kerusakan jaringan lunak
5.Jika gigi berjejal dan tidak teratur menyebabkan faktor predisposisi dari penyakit periodontal/penyakit gigi
6.Jika penampilan pribadi kurang baik akibat posisi gigi
7.Jika posisi gigi menghalangi proses bicara yang normal

b.      Kontra Indikasi
1.Jika prognosa dari hasil perawatan tersebut jelek sebab pasien kurang/tidak kooperatif
2.Jika perawatan hanya untuk memperpanjang waktu saja (jika perawatan ditunda sampai gigi bercampur/gigi permanen) hasilnya sama saja
3.Jika perawatan akan mengakibatkan perubahan bentuk gigi
4.Jika perawatan akan mengganggu proses erupsi gigi permanen

Ref: Foster, T. D. Buku Ajar Ortodonsi. Jakarta: EGC. 1997

Kamis, 29 Maret 2012

Tujuan dan Manfaat Pembuatan Gigi Tiruan

Tujuan dan manfaat pembuatan gigi tiruan
A.    Mengenbalikan Fungsi Organ Kunyah
Secara teori, apabila gigi posterior hilang menyebabkan penguyahan kurang baik sehingga mengakibatkan pencernaan terganggu.
B.     Mengembalikan Fungsi Estetik
Dalam prosthodonti yang perlu diperhatikan adalah :
·         Hygiene
·         Harmonis dengan gigi asli
·         Tidak boleh kelihatan palsu
C.     Memperbaiki Fungsi Bicara/ Fonetik
Labiodentals adalah huruf yang diucapkan antara lidah dengan gigi depan atas, apabila kehilangan gigi depan maka huruf F, V, PH tidak dapat terucap dengan baik, demikian juga pada huruf linguo dental.
D.    Menjaga kesehatan jaringan mulut dan jaringan yang ikut serta dalam pengunyahan
Kehilanga gigi menyebabkan berkurangnya daya tahan terhadap tekanan dan oleh karena itu jaringan pendukung  bebannya menjadi bertambah, hal ini menyebabkan kerusakan membrane periodontal yang pada akhirnya menyebabkan gigi-gigi tersebut menjadi goyah.

Tujuan perawatan gigi tiruan
1.      memperbaiki fungsi organ kunyah
2.      mencegah terjadinya occlusal disharmoni
3.      mencegah migrasi gigi
4.      mencegah terjadinya kerusakan lebih lanjut
5.      memperbaiki estetika
6.      memulihkan fungsi fonetik
7.      memelihara dan mempertahankan gusi dan jaringan periodonsium

Rabu, 28 Maret 2012

Artikulator

Artikulator
            Artikulator adalah alat mekanis yang menggambarkan sendi TMJ dan bagian rahang yang mana model RA dan RB dilekatkan/ dipasangkan. 

Pembagian artikulator:
1. Nonadjustable artikulator
            Nonadjustable artikulator membuka danmenutup disekitar horizontal axis yang sudah/ telah di fixedkan, elemen condilar normalnya dilekatkan pada bagian atas dari artikulator dan berputar di dalam groove dan 1 lubang di dalam bagian bawah dari artikulator. Pada artikulator non adjustable ini mempunyai “fixed condilar path” disekitarnya yang mana condylar element di gerakkan untuk menstimulasigerakan rahang lateral dan protrusive. “Condylar path” diset dengan sudut  yang di fixed, sehinga instrumennya menjadi tidak dapat dia atur lagi.
            Beberapa instrumen ini juga mempunyai insisal giude pins yang “rest” pada “:inclined plate”. Namun tidak dapat diatur lagi karena inklinasi dari plate ini fixed non adjjustabble artikulator mungkin/ biasanya digunakan dalam pembuatan dari relativey simple removable partial denture yang mana hanya beberapa gigi posterior yang digunakan dan adanya caninus disokklusi dan juga dapat digunakan pada aplikasi khusus

Selasa, 27 Maret 2012

Macam-Macam Sendok Cetak

Macam-macam sendok cetak
a). Stock Tray
Sendok cetak rata-rata/sendok cetak siap pakai (stock tray), bentuk penampang dasar sendok cetak tumpul. Ada yang berlubang, digunakan untuk mencetak dengan bahan irreversible hydrocolloid. Yang tidak berlubang digunakan untuk mencetak dengan bahan impession compound. Dan yang tidak berlubang dengan saluran air ditepinya, digunakan untuk mencetak dengan bahan reversible hydrocolloid. Bahan yang digunakan untuk sendok cetak rata-rata adalah aluminium, plastic dan stainless steel. Ukuran nya nomor 1,2,3 dan huruf S,M dan L. 4
syarat-syarat sendok cetak stock tray yang sesuai:
1.      lebar buco-lingual: jarak tepi sendok cetak kearah bukal gigi/lingual gigi=1/2 cm.
2.      panjang kedistal:
- rahang bawah: sampai retromolar pad
- rahang atas    : tuber maksila dan batas palatum molle.
3. Harus ada retensi untuk bahan cetak. Bila retensi kurang, ditambah dengan bahan adesif khusus (missal: tehnicol).
4. tinggi sendok cetak sesuai dengan tinggi gigi dan kedalaman vestibulum.
Indikasi stock tray
1.      untuk mendapatkan model studi.
2.      Untuk mendapatkan model kerja pada kasus kelas III dan kelas IV Kennedy dengan sadel yang pendek.
3.      Untuk mendapatkan model pendahuluan untuk membuat sendok cetak perorangan. 4
b). Custom Tray
Custom tray adalah sendok cetak yang dibuat sendiri sesuai dengan ukuran rahang pasien. Sendok cetak perorangan /sendok cetak khusus (individual tray/custom tray). Sendok cetak perorangan / khusus dibuat diatas model anatomi. Bahan yang digunakan untu membuat sendok cetak perorangan adalah:
·         resin akrilik, dengan polimerisasi dingin/panas.
·         shellac base plate
·         impression compound
Tujuannya yaitu untuk mendapatkan hasil cetakan yang akurat, terytama pada daerah tepi sendok cetak (daerah vestibulum, prenulum, dan retromylohyoid dari rahang).
Cara membuat custom tray:
1.      cetak rahang dengan sendok cetak anatomis, dibuat model.
2.      gambar batas sendok cetak pada model.
3.      Tutup gigi pada model dan bagian labial/bukal model yang undercut dengan wax setebal lebih kurang 2mm sehingga tidak ada undercut.
4.      Lapisi permukaan model dengan bahan separasi:
-          Bila akrilik, dengan CMS
-          Bila Shellac, tidak perlu
5.      Siapkan bahan sendok cetak, tempelkan selapis tipis (1-2mm) diseluruh permukaan model sampai batas yang sudah digambarkan.
6.      Buat pegangan sendok cetak.
7.      Cobkan kemulut pasien, bila ukuran sudah sesuai dilubangi untuk retensi bahan cetak.4
Ref”
Diktat Kuliah Prostodonsia III (Ilmu Gigi Tiruan Penuh) Bagian II. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.drg. Hazmia Arsil Sp. Pros, dkk. 2001

Senin, 26 Maret 2012

Mekanisme terbentuknya plak dan kalkulus
Faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan plak adalah oral hygiene dan faktor-faktor pejamu seperti diet dan komposisi serta laju aliran saliva. Penumpukan plak lebih sering terjadi pada fraktur, pit dan fisur permukaan gigi, di bawah restorasi yang overhanging dan di sekitar gigi yang erupsinya tidak teratur (crowding) dan daerah interproksimal gigi.
Proses pembentukan plak
teori-pembentukan-plak.png
1.      Tahap pembentukan pelikel gigi
Pembentukan pelikel gigi pada permukaan gigi merupakan fase awal dari pembentukan plak. Beberapa saat setelah pembersihan gigi terbentuk lapisan tipis dari protein saliva, sebagian besar glikoprotein, disimpan pada permukaan gigi (baik itu pada restorasi dan gigi tiruan). Lapisan ini, disebut pelikel saliva didapat, yang tipis (0,5 μm), lembut, tidak berwarna dan transparan. Melekat pada permukaan gigi dan dapat dihilangkan hanya dengan gesekan ringan. Terdapat elektrostatik antara hidroksiapatit dan komponen saliva seperti glikoprotein. Pada awal pembentukan pelikel masih terbebas dari bakteri.
Permukaan gigi atau restorasi atau gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) akan dibalut oleh pelikel glikoprotein yang berasal dari saliva dan cairan sulkular, begitu juga dari produk sel bakteri dan pejamu dan debris.
Pelikel berfungsi sebagai barier protektif yang akan bertindak sebagai pelumas permukaan dan mencegah desikasi (pengeringan) jaringan. Pelikel juga membatasi difusi dari produk asam dari hasil pemecahan glukosa. Pelikel ini juga mampu mengikat ion organik yang lain seperti fluoride yang dapat meningkatkan remineralisasi. Pelikel juga mengandung antibakteri antara lain Ig G, Ig A, Ig M, komplemen dan lisosim. Pelikel gigi terbentuk pada permukaan yang juga menyediakan substrat yang mendukung akumulasi bakteri pada bentukan plak.
2.      Kolonisasi awal pada permukaan gigi
Setelah gigi dilapisi oleh pelikel, permukaan gigi akan ditempeli oleh bakteri. Bakteri yang pertama mendominasi adalah bakteri fakultatif gram-positif seperti Actinomyces viscosus dan Streptococcus sanguis. Perlekatan bakteri pada pelikel dibantu oleh adhesin, yaitu molekul spesifik yang berada pada permukaan bakteri. Adhesion akan berinteraksi dengan reseptor pada pelikel gigi.
Massa plak kemudian akan mengalami pematangan  bersamaan dengan pertumbuhan bakteri yang telah melekat, maupun kolonisasi dan pertumbuhan spesies lainnya. Kemudian terjadi perubahan ekologis pada biofilm, yaitu peralihan dari lingkungan yang awalnya aerob dengan spesies bakteri fakultatif gram-positif menjadi lingkungan yang miskin oksigen dimana mikroorganisme anaerob gram-negatif yang dominan.
3.      Kolonisasi sekunder
Kolonisasi sekunder ini memasukkan plak pada bagian belakang bentukan dari plak utama dan mengambil keuntungan dari perubahan lingkungan yang terjadi sebagai hasil dari pertumbuhan dan metabolisme plak utama. Pertama-tama, pda proses ini, terdapat sisa ruang intersisial dibentuk oleh interaksi bakteri dengan gram negatif kokus seperti jenis Neisseria dan Veilonella. Kedua, setelah 4-7 hari sebagai tanda pembentukan plak yaitu adanya inflamasi gingiva yang terus berkembang. Selama proses ini kondisi lingkungan akan berubah secara bertahap sehingga menyebabkan perubahan selektif yang lebih jauh. Hal ini termasuk pembukaan sulkus gingiva yang merupakan bagian dari pertumbuhan bakteri yang lebih dalam ditandai dengan aliran cairan dari sulkus gingiva. Ini merupakan hasil penyediaan nutrisi dari serum yang lebih dalam. Hal ini memungkinkan bakteri lain yang memilki kebutuhan metabolisme berbeda untuk masuk kedalam plak dan ini termasuk gram negatif rods seperti jenis Prevotella, Porphyromonas, Capnocytophaga, Fusobacterium dan Bacteroides. Setelah 7-14 hari kompleksibilitas dari plak semakin meningkat lebih jauh dengan adanya gambaranbakteri motil seperti Spirocaeta dan vibros. Interaksi bakteri yang lebih jauh mengakibatkan perbedaan jumlah dan jenisnya.
Interaksi yang menimbulkan perlekatan bakteri pengkoloni sekunder ke bakteri pengkoloni awal dinamakan koagregasi. Pada stadium akhir pembentukan plak, yang dominan adalah koagregasi diantara spesies gram-negatif, misalnya koagregasi Fusobacterium nucleatum dengan Porphyromonas gingivalis.
Terjadi kolonisasi sekunder dimana mikroorganisme semakin bervariasi dan membentuk sebuah ekosistem biofilm. Terjadi perlekatan yang lebih kompleks antara bakteri satu dengan bakteri yang lain.
Perlekatan berupa interaksi stereokemikal yang sangat spesifik dari molekul-molekul protein dan karbohidrat yang berada pada pada permukaan sel bakteri dan interaksi yang kurang spesifik yang berasal dari tekanan hidrofobik, elektrostatis dan Van Der Waals.
4.      Maturasi plak
Dalam waktu 2 minggu plak menjadi matur. Plak yang matur merupakan kumpulan yang penuh dengan segudang jenis bakteri indigenous dan ini membuat kesulitan jenis bakteri exogenous untuk berkolonisasi.

Pembentukan Kalkulus
Kalkulus adalah masaa terkalsifikasi yang terbentuk dan menempel pada permukaan gigi dan jaringan keras lain seperti restorasi dan gigi tiruan yang tidak dapat hilang dengan menyikat gigi saja. Kalsulus adalah plak yang terkalsifikasi. Adapun teori yang berkaitan dengan mineralisasi kalkulus, yaitu sbb.
1.      Pengendapan mineral disebabkan peningkatan derajat kejenuhan iom-ion kalsium dan fosfat secara local, dengan cara sbb.
a.       Peningkatan pH saliva menyebabkan pengendapan kalsium fosfat dengan jalan menurunkan konstanta pengendapan. pH bias meningkat akibat hilangnya CO2 dan oleh pembentukan ammonia oleh bakteri plak dental atau oleh degradasi protein sewaktu stagnasi.
b.      Protein koloid dalam saliva mengikat ion-ion kalsium dan fosfat dan mempertahankan larutan yang sudah jenuh terutama dengan garam-garam kalsium fosfat.
c.       Fosfatase yang dilepas plak gigi, sel-sel epitel yang deskuamasi atau bakteri mengendapkan kalsium fosfat dengan jalan menghidrolisis fosfat organic dalam saliva yang akan meningkatkan konsentrasi ion-ion fosfat bebas.
2.      Agen benih (seeding agent) menginduksi fokus lokal kecil terkalsifikasi, yang kemudian akan membesar dan menyatu membentuk massa terkalsifikasi.
Bakteri pada Gingiva
Pembentukan komunitas biofilm dimulai dengan interaksi bakteri dengan gigi, yang kemudian dilanjutkan oleh interaksi fisik dan fisiologis antara berbagai spesies yang ada dalam massa microbial. Bakteri yang ada dalam biofilm plak sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang diperantarai oleh pejamu. Kesehatan periodonsium merupakan suatu keseimbangan, dimana populasi bakteri bedampingan dengan pejamu tanpa menimbulkan kerusakan yang tidak terperbaiki oleh bakteri maupun jaringan pejamu. Terganggunya keseimbangan tersebut akan mengakibatkan gangguan pada pejamu maupun bakteri biofilm dengan akibat terjadinya kerusakan terutama pada jaringan ikat periodonsium.
Pada periodonsium sehat, bakteri yang mendominasi adalah spesies bakteri gram-positif yaitu anggota genus Streptococcus spp. dan Actinomyces spp., beberapa spesies gram-negatif yaitu Prevotella intermedia, Fusobacterium nucleatum serta spesies Capnocytophaga, Neisseria dan Veillonella, juga sedikit spiroketa dan bakteri batang motil lainnya. Pada periodonsium yang telah mengalami peradangan, bakteri yang dominan adalah bakteri Prevotella intermedia disertai S. sanguis, S. mitis, A. viscosus, A. naeslundii, Fusobacterium nucleatum, Veillonella parvula dan spesies Haemophilus dan Camphylobacter.
Peran Saliva
Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva dapat disebut juga kelenjar ludah atau kelenjar air liur. Saliva terdapat sebagai lapisan setebal 0,1-0,01 mm yang melapisi seluruh jaringan rongga mulut. Menurunnya pH air ludah (kapasitas dapar / asam) dan jumlah air ludah yang kurang menunjukkan adanya resiko terjadinya karies yang tinggi. Dan meningkatnya pH air ludah (basa) akan mengakibatkan pembentukan karang gigi.
Saliva diproduksi secara berkala dan susunannya sangat tergantung pada umur, jenis kelamin, makanan saat itu, intensitas dan lamanya rangsangan, kondisi biologis, penyakit tertentu dan obat-obatan. Manusia memproduksi sebanyak 1000-1500 cc air ludah dalam 24 jam, yang umumnya terdiri dari 99,5% air dan 0,5 % lagi terdiri dari garam-garam , zat organik dan zat anorganik. Unsur-unsur organik yang menyusun saliva antara lain : protein, lipida, glukosa, asam amino, amoniak, vitamin, asam lemak. Unsur-unsur anorganik yang menyusun saliva antara lain : Sodium, Kalsium, Magnesium, Bikarbonat, Khloride, Rodanida dan Thiocynate (CNS) , Fosfat, Potassium. Yang memiliki konsentrasi paling tinggi dalam saliva adalah kalsium dan Natrium.
Saliva memiliki beberapa fungsi, yaitu :
1.      Melicinkan dan membasahi rongga mulut sehingga membantu proses mengunyah dan menelan makanan
2.      Membasahi dan melembutkan makanan menjadi bahan setengah cair ataupun cair sehingga mudah ditelan dan dirasakan
3.      Membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan dan kuman
4.      Mempunyai aktivitas antibacterial dan sistem buffer
5.      Membantu proses pencernaan makanan melalui aktivitas enzim ptyalin (amilase ludah) dan lipase ludah
6.      Berpartisipasi dalam proses pembekuan dan penyembuhan luka karena terdapat faktor pembekuan darah dan epidermal growth factor pada saliva
7.      Jumlah sekresi air ludah dapat dipakai sebagai ukuran tentang keseimbangan air dalam tubuh.
8.      Membantu dalam berbicara (pelumasan pada pipi dan lidah).