HaHaHaHaHa

SELAMAT DATANG DI
" GUDANG ILMU GIGI "
ENJOY n FUN
NIKMATI ILMU YANG KAMI SAJIKAN

Sabtu, 31 Maret 2012

Peradangan atau Inflamasi

Peradangan
Peradangan adalah reaksi vaskular yang menimbulkan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut, dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial di daerah cedera atau nekrosis.
Sebutan suatu proses peradangan sebagai akut, subakut, atau kronis mencerminkan lamanya perbaikan. Peradangan akut, menurut definisi tidak memiliki segi-segi perbaikan; proses ini hanya terdiri atas fenomena peradangan eksudatif. Pada peradangan subakut, ada permulaan pertumbuhan ke arah dalam jaringan granulasi dan mungkin permulaan regenerasi. Pada peradangan kronis, bukti adanya perbaikan lanjut berdampingan dengan berlanjutnya eksudasi. Bukti perbaikan lanjut meliputi proliferasi regeneratif yang luas dan pembentukan parut yang luas disertai kolagen.
Rubor (kemerahan)
Rubor atau kemerahan biasanya merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan. Seiring dengan dimulainya reaksi peradangan, arteriol yang memasok daerah tersebut berdilatasi sehingga memungkinkan lebih banyak darah mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong, atau mungkin hanya sebagian merenggang, secara tepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini disebut dengna hiperemia atau kongesti, menyebabkan kemerahan lokal pada peradangan akut. Tubuh mengontrol produksi hiperemia pada awal reaksi peradangan, baik secara neurologis maupun kimiawi melalui pelepasan zat-zat seperti histamin.
Kalor (panas)
Kalor atau panas, terjadi bersamaan dengan kemerahan pada reaksi peradangan akut. Sebenarnya reaksi peradangan secara khas hanya merupakan reaksi peradangan yang terjadi pada permukaan tubuh, yang secara normal lebih dingin dari 370 C yang merupakan suhu inti tubuh. Daerah peradangan di kulit menjadi lebih hangat dari sekelilingnya karena lebih banyak darah (pada suhu 370 C) dialirkan dari dalam tubuh ke permukaan daerah yang terkena dibandingkan dengan ke daerah yang normal. Fenomena hangat lokal ini tidak terlihat di daerah-daerah meradang yang terletak jauh dari tubuh, karena jaringan-jaringan tersebut sudah memiliki suhu inti 370 C dan hipermi lokal tidak menimbulkan perbedaan.
Dolor (nyeri)
Dolor, atau nyeri, pada suatu reaksi peradangan tampaknya ditimbulkan dalam berbagai cara. Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal, ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Hal yang sama, pelepasan zat-zat kimia tertentu seperti histamin atau zat-zat kimia bioaktif lain dapat merangsang saraf. Selain itu pembengkakan jaringan yang meradang menyebabkan peningkatan tekanan lokal yang tidak diragukan lagi dapat menimbulkan nyeri.
Tumor (pembengkakan)
Aspek yang paking mencolok pada peradangan akut mungkin adalah tumor, atau pembengkakan lokal yang dihasilkan oleh cairan dan sel-sel yang berpindah dari aliran darah ke jaringan intertisial. Campuran cairan dan sel-sel ini yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat. Pada awal perjalanan reaksi peradangan, sebagian besar eksudat adalah cairan, seperti yang terlihat secara cepat di dalam lepuhan setelah luka bakar ringan pada kulit. Kemudian, sel-sel darah putih atau leukosit, meninggalkan aliran darah dan tertimbun sebagai bagian eksudat.

Jumat, 30 Maret 2012

Orthodonti

Orthodonti
1.      Tujuan perawatan orthondonti
a.       Efisiensi fungsional
Banyak maloklusi yang dapat mempengaruhi fungsi normal system stomatognatik. Perawatan ortodontik seharusnya bertujuan untuk memperbaiki fungsi aparatus orofasial. Perawatan prosthodontil bertujuan untuk mengembalikan fungsi pengunyahan akibat tanggalnya gigi.
b.      Keseimbangan struktural
Regio orofasial terisi oleh sistem dento-alveolar, jaringan skeletal dan jaringan lunak termasuk muskulatur. Perawatan ortodontik yang baik akan memelihara keseimbangan dari ketiga sistem tersebut begitu juga dengan perawatan prosthodontik.
c.       Estetis
Alasan paling banyak dilakukan perawatan ortodontik dan prosthodontik adalah masalah estetis untuk memperbaiki penampilan.
Ref: Bhalhaji. S. I. Orthodontic: Art & Scince.3rd Ed. 2006.
2.      Indikasi dan Kontra Indikasi
a.       Indikasi
1.Jika dirasakan perlu bagi subjek untuk mendapat posisi postural adaptasi mandibula
2.Jika ada gerak menutup translokasi mandibula dari posisi istirahat atau dari postural adaptasi ke posisi interkuspal
3.Jika posisi gigi sedemikian rupa sehingga terbentuk mekanisme refleks yang merugikan selama fungsi oklusal dari mandibula
4.Jika gigi-gigi menyebabkan kerusakan jaringan lunak
5.Jika gigi berjejal dan tidak teratur menyebabkan faktor predisposisi dari penyakit periodontal/penyakit gigi
6.Jika penampilan pribadi kurang baik akibat posisi gigi
7.Jika posisi gigi menghalangi proses bicara yang normal

b.      Kontra Indikasi
1.Jika prognosa dari hasil perawatan tersebut jelek sebab pasien kurang/tidak kooperatif
2.Jika perawatan hanya untuk memperpanjang waktu saja (jika perawatan ditunda sampai gigi bercampur/gigi permanen) hasilnya sama saja
3.Jika perawatan akan mengakibatkan perubahan bentuk gigi
4.Jika perawatan akan mengganggu proses erupsi gigi permanen

Ref: Foster, T. D. Buku Ajar Ortodonsi. Jakarta: EGC. 1997

Kamis, 29 Maret 2012

Tujuan dan Manfaat Pembuatan Gigi Tiruan

Tujuan dan manfaat pembuatan gigi tiruan
A.    Mengenbalikan Fungsi Organ Kunyah
Secara teori, apabila gigi posterior hilang menyebabkan penguyahan kurang baik sehingga mengakibatkan pencernaan terganggu.
B.     Mengembalikan Fungsi Estetik
Dalam prosthodonti yang perlu diperhatikan adalah :
·         Hygiene
·         Harmonis dengan gigi asli
·         Tidak boleh kelihatan palsu
C.     Memperbaiki Fungsi Bicara/ Fonetik
Labiodentals adalah huruf yang diucapkan antara lidah dengan gigi depan atas, apabila kehilangan gigi depan maka huruf F, V, PH tidak dapat terucap dengan baik, demikian juga pada huruf linguo dental.
D.    Menjaga kesehatan jaringan mulut dan jaringan yang ikut serta dalam pengunyahan
Kehilanga gigi menyebabkan berkurangnya daya tahan terhadap tekanan dan oleh karena itu jaringan pendukung  bebannya menjadi bertambah, hal ini menyebabkan kerusakan membrane periodontal yang pada akhirnya menyebabkan gigi-gigi tersebut menjadi goyah.

Tujuan perawatan gigi tiruan
1.      memperbaiki fungsi organ kunyah
2.      mencegah terjadinya occlusal disharmoni
3.      mencegah migrasi gigi
4.      mencegah terjadinya kerusakan lebih lanjut
5.      memperbaiki estetika
6.      memulihkan fungsi fonetik
7.      memelihara dan mempertahankan gusi dan jaringan periodonsium

Rabu, 28 Maret 2012

Artikulator

Artikulator
            Artikulator adalah alat mekanis yang menggambarkan sendi TMJ dan bagian rahang yang mana model RA dan RB dilekatkan/ dipasangkan. 

Pembagian artikulator:
1. Nonadjustable artikulator
            Nonadjustable artikulator membuka danmenutup disekitar horizontal axis yang sudah/ telah di fixedkan, elemen condilar normalnya dilekatkan pada bagian atas dari artikulator dan berputar di dalam groove dan 1 lubang di dalam bagian bawah dari artikulator. Pada artikulator non adjustable ini mempunyai “fixed condilar path” disekitarnya yang mana condylar element di gerakkan untuk menstimulasigerakan rahang lateral dan protrusive. “Condylar path” diset dengan sudut  yang di fixed, sehinga instrumennya menjadi tidak dapat dia atur lagi.
            Beberapa instrumen ini juga mempunyai insisal giude pins yang “rest” pada “:inclined plate”. Namun tidak dapat diatur lagi karena inklinasi dari plate ini fixed non adjjustabble artikulator mungkin/ biasanya digunakan dalam pembuatan dari relativey simple removable partial denture yang mana hanya beberapa gigi posterior yang digunakan dan adanya caninus disokklusi dan juga dapat digunakan pada aplikasi khusus

Selasa, 27 Maret 2012

Macam-Macam Sendok Cetak

Macam-macam sendok cetak
a). Stock Tray
Sendok cetak rata-rata/sendok cetak siap pakai (stock tray), bentuk penampang dasar sendok cetak tumpul. Ada yang berlubang, digunakan untuk mencetak dengan bahan irreversible hydrocolloid. Yang tidak berlubang digunakan untuk mencetak dengan bahan impession compound. Dan yang tidak berlubang dengan saluran air ditepinya, digunakan untuk mencetak dengan bahan reversible hydrocolloid. Bahan yang digunakan untuk sendok cetak rata-rata adalah aluminium, plastic dan stainless steel. Ukuran nya nomor 1,2,3 dan huruf S,M dan L. 4
syarat-syarat sendok cetak stock tray yang sesuai:
1.      lebar buco-lingual: jarak tepi sendok cetak kearah bukal gigi/lingual gigi=1/2 cm.
2.      panjang kedistal:
- rahang bawah: sampai retromolar pad
- rahang atas    : tuber maksila dan batas palatum molle.
3. Harus ada retensi untuk bahan cetak. Bila retensi kurang, ditambah dengan bahan adesif khusus (missal: tehnicol).
4. tinggi sendok cetak sesuai dengan tinggi gigi dan kedalaman vestibulum.
Indikasi stock tray
1.      untuk mendapatkan model studi.
2.      Untuk mendapatkan model kerja pada kasus kelas III dan kelas IV Kennedy dengan sadel yang pendek.
3.      Untuk mendapatkan model pendahuluan untuk membuat sendok cetak perorangan. 4
b). Custom Tray
Custom tray adalah sendok cetak yang dibuat sendiri sesuai dengan ukuran rahang pasien. Sendok cetak perorangan /sendok cetak khusus (individual tray/custom tray). Sendok cetak perorangan / khusus dibuat diatas model anatomi. Bahan yang digunakan untu membuat sendok cetak perorangan adalah:
·         resin akrilik, dengan polimerisasi dingin/panas.
·         shellac base plate
·         impression compound
Tujuannya yaitu untuk mendapatkan hasil cetakan yang akurat, terytama pada daerah tepi sendok cetak (daerah vestibulum, prenulum, dan retromylohyoid dari rahang).
Cara membuat custom tray:
1.      cetak rahang dengan sendok cetak anatomis, dibuat model.
2.      gambar batas sendok cetak pada model.
3.      Tutup gigi pada model dan bagian labial/bukal model yang undercut dengan wax setebal lebih kurang 2mm sehingga tidak ada undercut.
4.      Lapisi permukaan model dengan bahan separasi:
-          Bila akrilik, dengan CMS
-          Bila Shellac, tidak perlu
5.      Siapkan bahan sendok cetak, tempelkan selapis tipis (1-2mm) diseluruh permukaan model sampai batas yang sudah digambarkan.
6.      Buat pegangan sendok cetak.
7.      Cobkan kemulut pasien, bila ukuran sudah sesuai dilubangi untuk retensi bahan cetak.4
Ref”
Diktat Kuliah Prostodonsia III (Ilmu Gigi Tiruan Penuh) Bagian II. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.drg. Hazmia Arsil Sp. Pros, dkk. 2001

Senin, 26 Maret 2012

Mekanisme terbentuknya plak dan kalkulus
Faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan plak adalah oral hygiene dan faktor-faktor pejamu seperti diet dan komposisi serta laju aliran saliva. Penumpukan plak lebih sering terjadi pada fraktur, pit dan fisur permukaan gigi, di bawah restorasi yang overhanging dan di sekitar gigi yang erupsinya tidak teratur (crowding) dan daerah interproksimal gigi.
Proses pembentukan plak
teori-pembentukan-plak.png
1.      Tahap pembentukan pelikel gigi
Pembentukan pelikel gigi pada permukaan gigi merupakan fase awal dari pembentukan plak. Beberapa saat setelah pembersihan gigi terbentuk lapisan tipis dari protein saliva, sebagian besar glikoprotein, disimpan pada permukaan gigi (baik itu pada restorasi dan gigi tiruan). Lapisan ini, disebut pelikel saliva didapat, yang tipis (0,5 μm), lembut, tidak berwarna dan transparan. Melekat pada permukaan gigi dan dapat dihilangkan hanya dengan gesekan ringan. Terdapat elektrostatik antara hidroksiapatit dan komponen saliva seperti glikoprotein. Pada awal pembentukan pelikel masih terbebas dari bakteri.
Permukaan gigi atau restorasi atau gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) akan dibalut oleh pelikel glikoprotein yang berasal dari saliva dan cairan sulkular, begitu juga dari produk sel bakteri dan pejamu dan debris.
Pelikel berfungsi sebagai barier protektif yang akan bertindak sebagai pelumas permukaan dan mencegah desikasi (pengeringan) jaringan. Pelikel juga membatasi difusi dari produk asam dari hasil pemecahan glukosa. Pelikel ini juga mampu mengikat ion organik yang lain seperti fluoride yang dapat meningkatkan remineralisasi. Pelikel juga mengandung antibakteri antara lain Ig G, Ig A, Ig M, komplemen dan lisosim. Pelikel gigi terbentuk pada permukaan yang juga menyediakan substrat yang mendukung akumulasi bakteri pada bentukan plak.
2.      Kolonisasi awal pada permukaan gigi
Setelah gigi dilapisi oleh pelikel, permukaan gigi akan ditempeli oleh bakteri. Bakteri yang pertama mendominasi adalah bakteri fakultatif gram-positif seperti Actinomyces viscosus dan Streptococcus sanguis. Perlekatan bakteri pada pelikel dibantu oleh adhesin, yaitu molekul spesifik yang berada pada permukaan bakteri. Adhesion akan berinteraksi dengan reseptor pada pelikel gigi.
Massa plak kemudian akan mengalami pematangan  bersamaan dengan pertumbuhan bakteri yang telah melekat, maupun kolonisasi dan pertumbuhan spesies lainnya. Kemudian terjadi perubahan ekologis pada biofilm, yaitu peralihan dari lingkungan yang awalnya aerob dengan spesies bakteri fakultatif gram-positif menjadi lingkungan yang miskin oksigen dimana mikroorganisme anaerob gram-negatif yang dominan.
3.      Kolonisasi sekunder
Kolonisasi sekunder ini memasukkan plak pada bagian belakang bentukan dari plak utama dan mengambil keuntungan dari perubahan lingkungan yang terjadi sebagai hasil dari pertumbuhan dan metabolisme plak utama. Pertama-tama, pda proses ini, terdapat sisa ruang intersisial dibentuk oleh interaksi bakteri dengan gram negatif kokus seperti jenis Neisseria dan Veilonella. Kedua, setelah 4-7 hari sebagai tanda pembentukan plak yaitu adanya inflamasi gingiva yang terus berkembang. Selama proses ini kondisi lingkungan akan berubah secara bertahap sehingga menyebabkan perubahan selektif yang lebih jauh. Hal ini termasuk pembukaan sulkus gingiva yang merupakan bagian dari pertumbuhan bakteri yang lebih dalam ditandai dengan aliran cairan dari sulkus gingiva. Ini merupakan hasil penyediaan nutrisi dari serum yang lebih dalam. Hal ini memungkinkan bakteri lain yang memilki kebutuhan metabolisme berbeda untuk masuk kedalam plak dan ini termasuk gram negatif rods seperti jenis Prevotella, Porphyromonas, Capnocytophaga, Fusobacterium dan Bacteroides. Setelah 7-14 hari kompleksibilitas dari plak semakin meningkat lebih jauh dengan adanya gambaranbakteri motil seperti Spirocaeta dan vibros. Interaksi bakteri yang lebih jauh mengakibatkan perbedaan jumlah dan jenisnya.
Interaksi yang menimbulkan perlekatan bakteri pengkoloni sekunder ke bakteri pengkoloni awal dinamakan koagregasi. Pada stadium akhir pembentukan plak, yang dominan adalah koagregasi diantara spesies gram-negatif, misalnya koagregasi Fusobacterium nucleatum dengan Porphyromonas gingivalis.
Terjadi kolonisasi sekunder dimana mikroorganisme semakin bervariasi dan membentuk sebuah ekosistem biofilm. Terjadi perlekatan yang lebih kompleks antara bakteri satu dengan bakteri yang lain.
Perlekatan berupa interaksi stereokemikal yang sangat spesifik dari molekul-molekul protein dan karbohidrat yang berada pada pada permukaan sel bakteri dan interaksi yang kurang spesifik yang berasal dari tekanan hidrofobik, elektrostatis dan Van Der Waals.
4.      Maturasi plak
Dalam waktu 2 minggu plak menjadi matur. Plak yang matur merupakan kumpulan yang penuh dengan segudang jenis bakteri indigenous dan ini membuat kesulitan jenis bakteri exogenous untuk berkolonisasi.

Pembentukan Kalkulus
Kalkulus adalah masaa terkalsifikasi yang terbentuk dan menempel pada permukaan gigi dan jaringan keras lain seperti restorasi dan gigi tiruan yang tidak dapat hilang dengan menyikat gigi saja. Kalsulus adalah plak yang terkalsifikasi. Adapun teori yang berkaitan dengan mineralisasi kalkulus, yaitu sbb.
1.      Pengendapan mineral disebabkan peningkatan derajat kejenuhan iom-ion kalsium dan fosfat secara local, dengan cara sbb.
a.       Peningkatan pH saliva menyebabkan pengendapan kalsium fosfat dengan jalan menurunkan konstanta pengendapan. pH bias meningkat akibat hilangnya CO2 dan oleh pembentukan ammonia oleh bakteri plak dental atau oleh degradasi protein sewaktu stagnasi.
b.      Protein koloid dalam saliva mengikat ion-ion kalsium dan fosfat dan mempertahankan larutan yang sudah jenuh terutama dengan garam-garam kalsium fosfat.
c.       Fosfatase yang dilepas plak gigi, sel-sel epitel yang deskuamasi atau bakteri mengendapkan kalsium fosfat dengan jalan menghidrolisis fosfat organic dalam saliva yang akan meningkatkan konsentrasi ion-ion fosfat bebas.
2.      Agen benih (seeding agent) menginduksi fokus lokal kecil terkalsifikasi, yang kemudian akan membesar dan menyatu membentuk massa terkalsifikasi.
Bakteri pada Gingiva
Pembentukan komunitas biofilm dimulai dengan interaksi bakteri dengan gigi, yang kemudian dilanjutkan oleh interaksi fisik dan fisiologis antara berbagai spesies yang ada dalam massa microbial. Bakteri yang ada dalam biofilm plak sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang diperantarai oleh pejamu. Kesehatan periodonsium merupakan suatu keseimbangan, dimana populasi bakteri bedampingan dengan pejamu tanpa menimbulkan kerusakan yang tidak terperbaiki oleh bakteri maupun jaringan pejamu. Terganggunya keseimbangan tersebut akan mengakibatkan gangguan pada pejamu maupun bakteri biofilm dengan akibat terjadinya kerusakan terutama pada jaringan ikat periodonsium.
Pada periodonsium sehat, bakteri yang mendominasi adalah spesies bakteri gram-positif yaitu anggota genus Streptococcus spp. dan Actinomyces spp., beberapa spesies gram-negatif yaitu Prevotella intermedia, Fusobacterium nucleatum serta spesies Capnocytophaga, Neisseria dan Veillonella, juga sedikit spiroketa dan bakteri batang motil lainnya. Pada periodonsium yang telah mengalami peradangan, bakteri yang dominan adalah bakteri Prevotella intermedia disertai S. sanguis, S. mitis, A. viscosus, A. naeslundii, Fusobacterium nucleatum, Veillonella parvula dan spesies Haemophilus dan Camphylobacter.
Peran Saliva
Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva dapat disebut juga kelenjar ludah atau kelenjar air liur. Saliva terdapat sebagai lapisan setebal 0,1-0,01 mm yang melapisi seluruh jaringan rongga mulut. Menurunnya pH air ludah (kapasitas dapar / asam) dan jumlah air ludah yang kurang menunjukkan adanya resiko terjadinya karies yang tinggi. Dan meningkatnya pH air ludah (basa) akan mengakibatkan pembentukan karang gigi.
Saliva diproduksi secara berkala dan susunannya sangat tergantung pada umur, jenis kelamin, makanan saat itu, intensitas dan lamanya rangsangan, kondisi biologis, penyakit tertentu dan obat-obatan. Manusia memproduksi sebanyak 1000-1500 cc air ludah dalam 24 jam, yang umumnya terdiri dari 99,5% air dan 0,5 % lagi terdiri dari garam-garam , zat organik dan zat anorganik. Unsur-unsur organik yang menyusun saliva antara lain : protein, lipida, glukosa, asam amino, amoniak, vitamin, asam lemak. Unsur-unsur anorganik yang menyusun saliva antara lain : Sodium, Kalsium, Magnesium, Bikarbonat, Khloride, Rodanida dan Thiocynate (CNS) , Fosfat, Potassium. Yang memiliki konsentrasi paling tinggi dalam saliva adalah kalsium dan Natrium.
Saliva memiliki beberapa fungsi, yaitu :
1.      Melicinkan dan membasahi rongga mulut sehingga membantu proses mengunyah dan menelan makanan
2.      Membasahi dan melembutkan makanan menjadi bahan setengah cair ataupun cair sehingga mudah ditelan dan dirasakan
3.      Membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan dan kuman
4.      Mempunyai aktivitas antibacterial dan sistem buffer
5.      Membantu proses pencernaan makanan melalui aktivitas enzim ptyalin (amilase ludah) dan lipase ludah
6.      Berpartisipasi dalam proses pembekuan dan penyembuhan luka karena terdapat faktor pembekuan darah dan epidermal growth factor pada saliva
7.      Jumlah sekresi air ludah dapat dipakai sebagai ukuran tentang keseimbangan air dalam tubuh.
8.      Membantu dalam berbicara (pelumasan pada pipi dan lidah).

Minggu, 25 Maret 2012

Penyebaran dan Pencegahan Infeksi Silang dalam Perawatan Gigi dan Mulut

Penyebaran Infeksi Silang
Perlu dibedakan istilah kontaminasi dan infeksi silanh. Kontaminasi adalah terpaparnya seseorang oleh mikroorganisme dan belum menimbulkan infeksi, sedangkan infeksi silang adalah penularan penyakit dari seseorang kepada orang lain yang umumnya melalui suatu media antara.
Jalur penyebaran umum mikroorganisme dalam praktek dokter gigi dapat terjadi melalui cara berikut:
1.      Kontak langsung dengan lesi infeksi, saliva dan darah yang terinfeksi
2.      Kontak tidak langsung melalui perpindahan mikroorganisme dari objek perantara yang terkontaminasi
3.      Percikan darah, saliva atau sekresi dari nasofaring langsung pada kulit atau mukosa yang lecet atau utuj
4.      Aerosol, penyebaran mikroorganisme melalui udara.
Kemungkinan penyebaran penularan dalam praktek dokter gigi dapat melalui:
1.      Dari penderita ke dokter gigi, perawat gigi, tehniker gigi.
Penularan HIV dari penderita ke dokter gigi umumnya terjadi karena tindakan perawatan yang menimbulkan luka pada mukosa mulut, lidah dan darah dapat masuk ke dalam dengan melalui luka/aberasi tangan dokter gigi.
2.      Dari penderita ke penderita lain
Penularannya dapat terjadi melalui alat kedokteran gigi yang tercemar seperti jarum suntik, bur, sonde, dll
3.      Dari dokter gigi ke penderita
Cara Pengendalian Penularan Infeksi Silang (Universal pre-Caution)
            Perlu adanya tindakan yang dilakukan oleh dokter gigi dalam mencegah terjadinya penularan infeksi silang. Hal ini bisa dilakukan dengan  melindungi dokter gigi dari adanya penularan infeksi silang.
Teknik perlindungan diri:
1.      Cuci tangan dengan ssabun yang mengandung lanolin/ handlotion
2.      Mengenakan sarung tangan sekali pakai (disposable)
3.      Kaca mata pelindung dan masker, dipakai untuk melindungi wajah dari cipratan ludah dan darah.
4.      Memakai baju pelindung dan penutup kepala selama perawatan
5.      Menggunakan isolator karet (rubber dam) yang akan mengurangi jumalah bakteri bila digunakan semprotan air dan high volume aspirator
6.      Melindungi permukaan kerja

Pencegahan terhadap kontaminasi silang dapat memperhatikan factor berikut:
1.      Memakai bahan-bahan yang disposable seperti jarum suntik, masker, pisau, dll
2.      Mengurang percikan saliva dan darah selam perawatan dengan cara:
a.       Obat kumur sebelum perawatan dimulai
b.      Menggunakan aspirator high volume
c.       Memakai rubber dam
d.      Ventilasi udara yang baik
3.      Prosedur yang teliti sewaktu membuat dan mencuci foto roentgen
4.      Cetakan mulut dari penderita HIV didesinfektan dahulu sebelum diisi untuk bahan alginate, hasil cetakan direndam dalam larutan hipoklorit selama 1 jam, untuk bahan rubber base  dan silicon. Hindarakan pemakaian copperband impression karena akan menyebabkan pendarahan gusi.

Sabtu, 24 Maret 2012

Cara Penularan HIV/AIDS

Cara Penularan HIV AIDS
Secara umum ada 5 faktor yang perlu diperhatikan pada penularan suatu penyakit yaitu sumber infeksi, vehikulum yang membawa agent, host yang rentan, tempat keluar kuman dan tempat masuk kuman (port’d entrĂ©e). Virus HIV sampai saat ini terbukti hanya menyerang sel Lymfosit T dan sel otak
sebagai organ sasarannya. Virus HIV sangat lemah dan mudah mati diluar tubuh. Sebagai vehikulum yang dapat membawa virus HIV keluar tubuh dan menularkan kepada orang lain adalah berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh yang terbukti menularkan diantaranya semen, cairan vagina atau servik dan darah penderita.
Banyak cara yang diduga menjadi cara penularan virus HIV, namun hingga kini cara penularan HIV yang diketahui adalah melalui :
a. Transmisi Seksual
Penularan melalui hubungan seksual baik Homoseksual maupun Heteroseksual merupakan penularan infeksi HIV yang paling sering terjadi. Penularan ini berhubungan dengan semen dan cairan vagina . Infeksi dapat ditularkan dari setiap pengidap infeksi HIV kepada pasangan seksnya. Resiko penularan HIV tergantung pada pemilihan pasangan seks, jumlah pasangan seks dan jenis hubungan seks. Pada penelitian Darrow (1985) ditemukan resiko seropositive untuk zat anti terhadap HIV cenderung naik pada hubungan seksual yang dilakukan pada pasangan tidak tetap. Orang yang sering berhubungan seksual dengan berganti pasangan merupakan kelompok manusia yang berisiko tinggi terinfeksi virus HIV.
1) Homoseksual
Didunia barat, Amerika Serikat dan Eropa tingkat promiskuitas homoseksual menderita AIDS, berumur antara 20-40 tahun dari semua golongan usia. Cara hubungan seksual anogenetal merupakan perilaku seksual dengan resiko tinggi bagi penularan HIV, khususnya bagi mitra seksual yang pasif menerima ejakulasi semen dari seseorang pengidap HIV. Hal ini sehubungan dengan mukosa rektum yang sangat tipis dan mudah sekali mengalami perlukaan pada saat berhubungan secara anogenital.
2) Heteroseksual
Di Afrika dan Asia Tenggara cara penularan utama melalui hubungan heteroseksual pada promiskuitas dan penderita terbanyak adalah kelompok umur seksual aktif baik pria maupun wanita yang mempunyai banyak pasangan dan berganti-ganti.
b. Transmisi Non Seksual
1) Transmisi Parenteral
Yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya (alat tindik) yang telah terkontaminasi, misalnya pada penyalah gunaan narkotik suntik yang menggunakan jarum suntik yang tercemar secara bersama-sama. Disamping dapat juga terjadi melaui jarum suntik yang dipakai oleh petugas kesehatan
tanpa disterilkan terlebih dahulu. Resiko tertular cara transmisi parental ini kurang dari 1%.
2) Produk Darah
Transmisi melalui transfusi atau produk darah terjadi di negara-negara barat sebelum tahun 1985. Sesudah tahun 1985 transmisi melalui jalur ini di negara barat sangat jarang, karena darah donor telah diperiksa sebelum ditransfusikan. Resiko tertular infeksi/HIV lewat trasfusi darah adalah lebih dari 90%.
c. Transmisi Transplasental
Penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak mempunyai resiko sebesar 50%. Penularan dapat terjadi sewaktu hamil, melahirkan dan sewaktu menyusui. Penularan melalui air susu ibu termasuk penularan dengan resiko rendah